Pada suatu hari.....di dasar laut, seekor
anak kerang mengadu dan mengaduh kepada ibunya sebab sebutir pasir tajam telah memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata. Tuhan tidak memberikan kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga ibu tidak bisa menolongmu. Ibu tahu, kamu pasti merasa sakit sekali, tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan dirimu, jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu untuk melawan rasa sakit dan pedih yang sedang kamu rasakan, balutlah pasir itu dengan getah perutmu, hanya itu yang bisa kau perbuat kata sang ibu dengan sendu dan lembut.
Maka si anak kerang pun melakukan nasehat ibunya, tetapi rasa sakit yang dirasakannya sangatlah perih. Karena itu, ditengah rasa sakitnya ia sedikit meragukan nasehat ibunya. Dengan air mata, ia bertahan bertahun-tahun sehingga membuahkan hasil. Tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus, rasa sakitpun sudah mulai berkurang. Semakin lama lagi mutiara itu semakin membesar, dan rasa sakit menjadi semakin wajar. Akhirnya, setelah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, jauh lebih berharga daripada seribu ekor kerang lain yang hanya disantap orang sebagai kerang rebus dipinggir jalan.
"
Sahabat.....kekecewaan dan penderitaan akan selalu ada dalam hidup kita, seakan-akan Tuhan selalu mengambil kebahagiaan yang ada pada kita. Tidak.....tidak seperti itu. Kita hanya harus bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa kita dan menanti ketetapan Tuhan, dan semuanya akan berakhir dengan indah. Karena segala sesuatu yang baik akan mengarah pada kebaikan juga. Kekecewaan dan penderitaan telah membuat seekor anak kerang biasa menjadi seekor kerang yang sangat luar biasa, kekecewaan dan penderitaan pun akan dapat mengubah orang biasa menjadi seorang yang sangat luar biasa".