Pada dahulu kala, di suatu tempat hiduplah seorang petani miskin bernama Haridatta. Di suatu hari pada siang yang sangat panas, petani tersebut merasa sangat kepanasan dan berteduh dibawah pohon untuk berbaring sejenak. Tiba-tiba dilihatnya ular berbisa yang keluar dari bukit kecil di dekatnya, saat itu dia berpikir "
Ular Yang Memberikan Emas
Petani itupun pulang untuk mengambil sedikit susu dari rumahnya, menuangkan ke dalam mangkuk dan menaruhnya dekat sarang ular tersebut sebagai ucapan rasa terima kasih, lalu petani berkata :
"
Wahai penjaga ladang ini, saya memberikan semangkuk susu ini sebagai ucapan terima kasih saya terhadap anda!".
Sehabis itu, petani itu pun pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya, dia kembali lagi ke ladang untuk bekerja. Dia melihat mata uang emas di dalam mangkuk, dan sejak saat itu setiap hari kejadian yang sama berulang terus. Dia memberikan semangkuk susu kepada ular itu, dan setiap pagi dia selalu mendapatkan sebuah mata uang emas.
Suatu hari, petani tersebut akan pergi ke desa sebelah selama beberapa hari. Dan untuk itu, dia memerintahkan anaknya untuk menaruh semangkuk susu di depan sarang ular di ladang. Sang anak melakukan perintah ayahnya, memberikan semangkuk susu dan menaruhnya di depan sarang ular lalu pulang ke rumah. Keesokan paginya, saat dia membawakan semangkuk susu lagi, dia menemukan mata uang emas di mangkuk kemarin, dan sang anak berpikir :
"
Sarang ular ini, mungkin penuh dengan mata uang emas. Jika saya membunuh ularnya, saya bisa mengambil sekaligus semuanya untuk saya".
Pada esok harinya lagi, saat dia menaruh semangkuk susu di depan sarang ular. Dia sengaja menunggu ular itu keluar, dan saat sang ular keluar dari sarangnya, sang anak memukul kepala ular itu dengan pentungan. Tetapi, ular itu masih beruntung selamat dari kematian. Dan dalam keadaan marah, ular itu mematuk sang anak dengan giginya yang tajam dan berbisa sehingga sang anak langsung meninggal. Orang-orang sekampung yang menemukan anak itu telah meninggal lalu menguburnya dan memanggil si petani (ayah sang anak) untuk segera pulang.
Dua hari kemudian, si petani tiba di rumah dan mendapatkan penjelasan tentang kematian anaknya. Petani itu merasa sangat sedih.
Setelah beberapa hari, petani itu kembali mengambil semangkuk susu menuju ke ladang dan menaruh mangkuk susu tersebut di depan sarang ular, lalu memanggil ular itu untuk keluar dari sarangnya. Setelah lama menanti, akhirnya ular itupun keluar dari sarangnya dan berkata kepada si petani :
"
Keserakahan yang membawamu sekarang ke sini, keserakahan membuatmu lupa akan kematian anakmu. Mulai sekarang, persahabatan antara kita takkan bisa terjalin lagi. Anakmu yang bodoh telah memukul saya dengan pentungan, dan saya menggigitnya hingga meninggal. Bagaimana saya bisa melupakan pukulan itu? Dan bagaimana kamu bisa melupakan rasa duka atas kehilangan anakmu?".
Setelah itu, ular itu memberikan sebuah mutiara yang mahal kepada si petani dan masuk menghilang ke dalam sarang. Namun, sebelum pergi ular itu berkata : "
Jangan engkau datang lagi ke sarangku!".
Petani itu pun mengambil mutiara tersebut dan pulang kerumahnya, sambil menyesali kebodohan yang telah dilakukan anaknya.
Pelajaran yang dapat kita petik adalah "
Jangan serakah. Karena serakah dapat menghancurkan sebuah persahabatan bahkan kehilangan anggota keluarga".
- T A M A T -