dan juga majikannya beristirahat sambil menikmati makan siang dan berbincang-bincang
" ucap majikannya.
" Sampuraga penasaran.
" Majikannya menjelaskan.
" Ucap Sampuraga sungguh-sungguh.
" Puji majikannya.
Setelah ia berbincang seperti itu dengan majikannya, Sampuraga pun pulang dan mengutarakan niatnya kepada sang ibu.
" ucap Sampuraga kepada ibunya.
" Tanya ibunya.
" jelas Sampuraga.
" ucap sang ibu.
" Sampuraga meminta restu ibunya.
Keesokan harinya, Sampuraga siap untuk berangkat dan berpamitan sambil mencium tangan ibunya. Air matapun keluar dari kelopak mata sang ibu begitupun dengan Sampuraga. Sampuraga pun pergi meninggalkan ibunya. Ia pergi dimalam hari, melewati perkampungan dan hutan belantara.
Akhirnya ia sampai di suatu desa yang bernama
Sirambas. Melihat desa itu ia sangat terpesona. Penduduknya yang begitu ramah, masing-masing memiliki rumah indah beratapkan ijuk. Ditengah-tengah desa berdiri sebuah istana yang begitu mewah, disetiap sudut desa terdapat candi yang terbuat dari batu. Semua yang ia lihat menandakan kalau desa tersebut penduduknya hidup dengan sejahtera.
Sampuraga pun mencoba melamar pekerjaan di desa tersebut dan lamarannya langsung diterima oleh Raja Sirambas. Sang Raja sangat percaya padanya, karena Sampuraga jujur dan rajin dalam bekerja. Oleh karena itu, Sang Raja ingin menikahkan Sampuraga dengan anak perempuannya yang terkenal sangat cantik di desa Sirambas.
"
Sampuraga, engkau adalah anak yang begitu baik dan rajin. Maukah engkau aku jadikan menantuku?" Sang Raja bertanya pada Sampuraga.
"
Dengan senang hati Tuan! Hamba bersedia menikah dengan Puteri Tuan!" Jawab Sampuraga.
Acara pernikahanpun dipersiapkan. Acara dilangsungkan secara besar-besaran, puluhan ekor kambing dan juga kerbau di sediakan untuk disembelih. Gordang Sembilan pun dipersiapkan untuk menghibur para undangan.
Di satu sisi ibu Sampuraga meneruskan hidupnya dengan mencari kayu bakar, untuk bisa menghidupi dirinya. Namun, kerinduannya kepada anaknya Sampuraga yang semakin hari semakin tak tertahan, membuatnya sering sakit-sakitan.
Suatu hari, ibunya ingin menyusul
Sampuraga ke negeri Mandailing, meskipun ia sendiri tidak tahu dimana anaknya itu tinggal. Karena Sampuraga tdak pernah memberikan kabar termasuk pernikahannya. Rasa lelah dan laparpun tidak ia pedulikan, karena ingin segera bertemu dengan anaknya Sampuraga.
Akhirnya ia sampai di desa Sirambas. Disana ia melihat keramaian dan juga terdengar suara Gordang Sembilan yang bertalu-talu. Sang ibu pun mendekat dengan langkah yang terseok-seok. Ia terkejut melihat anaknya bersanding bersama seorang puteri yang begitu cantik. Tiba-tiba sang ibu mendatangi Bagas Godang, tempat Sampuraga itu bersanding, sambil berteriak :
"
Sampuragaaaaaaa, ini ibu naaaaaak!" teriak ibunya.
Sampuraga terkejut mendengar ada yang memanggil namanya itu.
"
Ah tidak mungkin itu suara ibu.....!!" sambil matanya mencari-cari sumber suara.
Kemudian, salah satu pengawalnya memberitahu, kalau di Bagas Godang ada seorang perempuan tua, lalu Sampuraga pun keluar. Tiba-tiba sang ibu berlari mendekati Sampuraga dan berkata :
"
Anakku.....Sampuraga! Ini ibu nak.....!" Sang ibu mengulurkan tangan hendak memeluk anaknya itu.
Sampuraga pun terkejut, ketika ia melihat ibunya itu. Ia malu kepada isterinya dan juga kepada para tamu undangan. Wajahnya berubah menjadi merah, karena ada nenek tua yang tiba-tiba mengakui kalau ia anaknya. Perasaannya berkecamuk, ia takut kalau sang Raja mengetahui kalau wanita itu adalah ibunya. Sebab, sebelumnya ia pernah bercerita, kalau ayah dan ibunya sudah lama meninggal dan ia hidup sebatang kara.
"
Hei, wanita tua jelek! Enak saja kau mengaku kalau aku ini anakmu! Aku tidak punya ibu jelek seperti kamu! Pergi kau dari sini! Jangan kau kacaukan acaraku....!" Sampuraga membentak ibunya.
"
Sampuraga.....ini ibumu yang telah melahirkan dan membesarkanmu nak! Kenapa kau lupa sama ibu? Ibu sangat merindukanmu. Peluklah ibumu ini nak....!!" ucap sang ibu.
"
Tidak, kau bukan ibuku! Dan aku bukan anakmu!Ibuku sudah lama meninggal! Algojooo.......!!
Usir perempuan tua jelek ini !!!" Perintah Sampuraga.
Hati Sampuraga benar-benar sudah tertutup. Ia tega tidak mengakui ibunya sendiri dan mengusirnya.
Para undangan terharu, namun tidak ada yang bisa berbuat apa-apa. Sang ibupun diseret keluar oleh pengawal Sampuraga. Dengan berderai air mata, sang ibu pun berdoa :
"
Ya Tuhan....Jika ia benar anakku Sampuraga, berilah ia pelajaran! karena ia telah mengingkari ibu kandungnya sendiri...!!".
Seketika itu juga langit menjadi hitam diselimuti awan yang sangat tebal. Petir menyambar, hujan turun dengan sangat deras dan guntur yang menggelegar. Para tamu undanganpun berlarian menyelamatkan diri, sementara sang ibu hilang entah kemana. Dalam waktu yang singkat, tempat diadakannya pesta itu tenggelam tak seorangpun selamat, termasuk Sampuraga dan isterinya.
beberapa hari kemudian, tempat itu berubah menjadi kolam air yang begitu panas. Disekitarnya terdapat batu kapur yang bentuknya sepeti kerbau dengan ukuran yang begitu besar. Selain itu, ada juga unggukan tanah berpasir dan lumpur yang bentuknya seperti bahan makanan. Bentuk itu dipercaya jelmaan dari upacara pernikahan Sampuraga yang terkena kutukan. Kemudian kolam itu dinamakan "
KOLAM SAMPURAGA" oleh masyarakat setempat.
- T A M A T -